Fasad masih merupakan elemen terpenting yang mampu menyuarakan fungsi dan makna suatu bangunan (Krier, 2001) Fasad berasal dari kata Latin 'facies' yang berarti 'wajah' atau 'penampilan'. Maka istilah 'fasad bangunan' dapat diartikan sebagai 'wajah bangunan', yang meliputi bagian-bagian bangunan yang menghadap ke jalan.
Fasad dapat terbentuk dan mewakili beberapa hal berikut:
1. Keadaan budaya saat bangunan dibangun.
2. Kriteria penatanan dan tatanan.
3. Peluang terhadap ornamen dan dekorasi.
4. Karakter penghuni.
5. Representasi identitas kolektif dari pengguna bangunan kepada publik.
6. Kemajuan teknologi dan pendekatan perancangan yang digunakan.
RUMAH TINGGAL
Dalam perancangan rumah tinggal, sentuhan karakter pada fasad amatlah penting. Penggunaan bahan kodian dengan bentuk dan ukuran yang populer akan mengurangi diferensiasi estetika pada fasad tersebut. Penggunaan bukaan sebanyak-banyaknya dengan rangka kayu ataupun alumunium, misalnya, menyebabkan desain rumah tersebut menjadi rapuh, terlalu transparan, dan pasaran. Fasad rumah tinggal seharusnya berkesan masif, tertutup, dan tersembunyi dari jalan. Sebab bagaimanapun rumah tinggal adalah bangunan yang bersifat privat.
Khusus di Indonesia, fasad yang masif untuk rumah tinggal menjadi lebih tepat karena beberapa alasan:
1. Konteks geografis yang berpengaruh apabila wajah bangunan menghadap timur, barat, ataupun utara (untuk jawa bali dan sejajarnya) dan selatan (untuk kalimantan sulawesi dan sejajarnya) menyebabkan perlunya perlindungan ekstra dari matahari.
2. Budaya yang membutuhkan privasi lebih dalam rumah tinggal, ditunjukan dengan penggunaan tirai pada semua jendela.
3. Keberadaan Ruang Tamu dan Teras yang khusus untuk penerima tamu, serta pagar. Menunjukan bahwa rumah adalah ruang yang sangat privat, yang jarang disentuh oleh orang luar.
4. Isu keamanan yang dipicu dari kondisi Indonesia di mana kesenjangan ekonomi dan sosial masih menjadi permasalahan utama.
Komposisi suatu fasad adalah materi yang penting untuk dikuasai oleh arsitek, sebab kemampuan mengolah komposisi adalah nilai tambah arsitek yang tidak mudah ditiru orang awam. Nilai desain suatu fasad, seperti halnya pada karya seni lainnya, bertitik berat pada komposisinya: apakah ia harmonis atau tidak. Sebelum masuk dalam persoalan komposisi, pertama-tama perlu dikenali terlebih dahulu elemen-elemen apa saja yang perlu dipertimbangkan dalam perancangan fasad rumah tinggal:
1. Pintu masuk utama.
2. Pintu tambahan / servis
3. Jendela beserta awning (bila ada).
4. Dinding Eksterior
5. Tangga masuk / Ramp
6. Teras dan balkon.
7. Parapet dan Railing
8. Atap
9. Pagar dan Gerbang
10. Vegetasi
Komposisi fasad yang baik, adalah ramuan dari proporsi, penyusunan struktur vertikal dan horizontal, bahan, warna, dan elemen dekoratif. Pemilihan warna dan material serta elemen dekoratif terkait erat dengan karakter, konsep bangunan, serta selera personal. Kesan yang ditimbulkan bisa sangat subjektif. Satu hal yang dapat dinilai secara objektif adalah proporsi. Terdapat beberapa teori dan rumus praktis yang dapat digunakan untuk mengukur kualitas proporsi rancangan, diantaranya: Golden Section, geometri dasar, serta konsep keseimbangan simetri dan asimetri.
Tulisan mengenai proporsi dapat dibaca di sini: PROPORSI
Penyusunan struktur vertikal dan horizontal amat penting dalam komposisi fasad. Terkadang dalam fasad rumah tinggal struktur ini tidak terlalu terasa dibanding pada bangunan umum yang lebih lebar dan memiliki banyak lantai. Namun struktur vertikal dan horizontal tetap ada dan menjadi ukuran juga, misalnya, dalam menentukan bentuk dan besar jendela, pembagian lis jendela, jumlah daun pintu dan jendela, bentuk railing, penggunaan kolom, dan sebagainya. Struktur vertikal dan horizontal dapat juga menjadi alat untuk membentuk proporsi.
25.10.13
TEras #4: PROPORSI
"…Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan…," (HR. Muslim)
Arsitek memiliki nilai
tambah apabila ia mampu mengkombinasikan kemampuan teknik dengan
seni. Bagaimanapun, bangunan yang dirancang seharusnya tak hanya kuat, kokoh,
nyaman, dan berfungsi dengan baik; tapi juga indah.
Keindahan, konon, berkolerasi dengan
proporsi. Arsitek dan seniman selama berabad-abad berkutat dengan proporsi
untuk menciptakan komposisi yang indah. namun, sebagai insan yang menyadari bahwa
dirinya adalah makhluk, bukan pencipta, arsitek harus sadar bahwa contoh-contoh
proporsi yang sempurna terdapat dalam ciptaan-Nya.
Adakalanya manusia memang iseng
dan merasa hal tersebut perlu dijelaskan dengan fakta terukur sebelum
ia yakin sepenuhnya. Saya menemukan sebagian penjelasannya dalam buku
"Komposisi Arsitektur" dari Prof. Bob Krier, “Le Modulor” dari Le
Corbusier, dan video "Arsitek-Arsitek
di Alam" dari Harun Yahya.
Krier menjelaskan dengan
Matematika.
Seorang guru di SMP saya dulu, Bu
Elis, pernah berkata: "Elemen paling dasar dari matematika adalah titik. Konon
seorang pemikir matematika berjalan melingkar di padang salju (atau gurun?)
sambil mengetuk-ngetukkan tongkatnya secara berkala dan terbentuklah lingkaran.
Ternyata, lingkaran terdiri dari banyak titik. Begitu pula garis, bidang,
huruf, dan angka."
Tentu saja, titik itu sendiri
bila diperbesar berbentuk lingkaran. Maka kuliah tentang proporsi dari Prof.Krier
dimulai dari pemahaman tentang lingkaran. Persiapkan diri Anda kalau-kalau Anda
merasa bosan. Semoga menjadi pemahaman menarik pada akhirnya.
#1: Lingkaran dibagi 3 sama
besar. Sudut pusat masing-masing bagian sebesar 120˚ seperti terdapat pada
gambar di atas. Artinya ketiga titik sudut kelilingnya dapat membentuk segitiga
sama sisi bersudut 60˚. Bila dibuat sebuah persegi panjang yang memuat segi tiga tersebut, maka didapat persegi panjang dengan perbandingan P : L = 1 : 0.86 = 1.15 : 1.
#2: Lingkaran dibagi 4 sama
besar. Sudut pusat masing-masing bagian 90˚ dan membentuk persegi di dalam
lingkaran. Ambil salah satu segitiga dan satu juringnya, buat satu persegi
panjang yang membungkus keduanya, maka didapat sebuah perbandingan P : L = 1,41
: 1 = 1 : 0,7.
#3: Lingkaran dibagi 5 sama besar. Sudut pusat
tiap juring 72˚ dan membentuk segi lima sama sisi dalam lingkaran. Sudut
Kelilingnya 36˚, karena sudut keliling selalu 1/2 dari sudut pusat. Ambil satu segitiga dari sudut pusat, beserta segitiga dari
sudut kelilingnya, kemudian bungkus dengan persegi panjang dan diperolehlah perbandingan P : L = 1,618 : 1 = 0,618 : 1. Ini adalah perbandingan yang dikenal dengan Golden
Section.
#4: Lingkaran dibagi 10. Mirip
dengan poin #3, namun didapat sebuah persegi panjang di dalam lingkaran dengan
perbandingan P : L = 1,37 : 1. Apabila diambil segmentasi terkecil dari 10
segmen, maka diperoleh persegi panjang dengan P : L = 3,73 : 1.
#5: Lingkaran dibagi 6 sama
besar. Sudut-sudut pusat setiap juringnya adalah 60˚. Di dalam lingkaran dapat
dibentuk sebuah persegi panjang dengan perbandingan P : L = 1,732 : 1.
#6: Lingkaran dibagi 7 bagian.
Sudut-sudut pusatnya 51,4˚. Perbandingan P : L dari persegi panjang yang
terbentuk adalah 2,07 : 1.
Hasil pembagian lingkaran menjadi
3, 4, 5, 6, 8, dan 10 bagian menghasilkan varian persegi panjang dengan
proporsi bebeda-beda. Berikut rangkumannya bila semua persegi panjang tersebut
disuperimposisikan:
Dapat dilihat bahwa proporsi yang
terbentuk dari hasil pembagian lingkaran tak hanya terbatas pada golden
section. Prof. Krier memberikan beberapa contoh menarik untuk perbandingan
proporsi tersebut di alam.
1. Aalisis Proporsi Kuda. Berdasarkan analisis Prof. Krier ternyata kuda memiliki proporsi golden section. Bisa diperhatikan pada gambar berikut.
2. Analisis Proporsi Struktur 5
Daun. Ternyata proporsi daun ini sesuai dengan pembagian lingkaran
menjadi 5 bagian. Yang menarik adalah percabangannya yang bukan berada di pusat
lingkaran, melainkan di salah satu persilangan dari bentuk bintang.
3. Analisis Proporsi Daun Beech,
Walnut, Oak. Ternyata ketiga daun ini memiliki proporsi yang sama dengan hasil pembagian
lingkaran menjadi 3 dan 6 bagian. Proporsinya adalah 1 : 1,15 ; 1 : 1,7 ; dan 1
: 3.
Le Modulor
Le Corbusier (1887-1965), arsitek dan pemikir
ternama dari Swiss, menjelaskan adanya proporsi yang sempurna dalam salah satu
ciptaan-Nya yang sangat kita kenal: manusia.
Le Corbusier melakukan pengukuran pada tubuh manusia dan menemukan fakta yang menarik. Pusar, misalnya, rupanya membagi tubuh
manusia dalam proporsi Golden Section. Jarak dari puncak kepala ke pusar dibagi
dengan garis leher juga merupakan pembagian Golden Section. Begitu pula dengan
ketiak. Proporsi telinga pun merupakan rangkaian Golden Section. terdapat keyentuan ukuran yang menarik lainnya. Misalnya kelipatan 7. Tinggi badan manusia
umumnya tujuh kali panjang telapak kakinya. Begitu pun pada
beberapa bagian tubuh lainnya. Bukankah memang manusia diciptakan dengan sebaik-baik rupa?
Apa itu Golden Section? Contoh
sederhana dari Golden Section adalah bidang persegi panjang dengan proporsi 1 : 1,618. Mengapa ia disebut
Golden, dapat dijelaskan dengan gambar berikut.
Persegi panjang dengan proporsi demikian, apabila dikurangi oleh persegi seukuran lebarnya, akan menyisakan persegi panjang kecil yang juga golden section. Demikian seterusnya. Apabila lebar perseginya ditarik menjadi jari-jari lingkaran, maka busur lingkaran tersebut akan menerus membentuk spiral yang sempurna. Konon proporsi Golden Section
telah digunakan oleh manusia jauh dalam peradaban-peradaban kuno. Contoh di
alam benda-benda yang berproporsi Golden Section adalah keong laut, kuda
(seperti dijelaskan Krier), dan manusia (seperti yang diteliti oleh Le
Corbusier).
10.10.13
TEras #3: Permukaan (Surface)
Permukaan dari sebuah ruang dan bentuk (surface) adalah bagian yang menarik dalam perancangan arsitektur. Tekstur, warna, tampilan visual, dan efek pencahayaan dari suatu permukaan dapat menciptakan kesan tertentu dalam sebuah ruang.
Batuan, misalnya, akan dapat memberikan kesan dekat dengan alam, rustic, ataupun kesan berat. Kayu, bisa jadi memberikan kesan hangat dan ringan. Kayu yang gelap dan berlumut dapat memberikan kesan indah yang hanya dapat dibentuk oleh waktu. Sementara itu metal dapat memberikan kesan modern, industrious, ataupun kesan dingin. Kesan dari sebuah permukaan sangat erat kaitannya dengan pemilihan material.
Kesadaran akan pentingnya sebuah permukaan dalam rancangan arsitektur akan melahirkan rancangan yang lebih kaya. Apabila dikaitkan dengan konteks, konsep, dan sentuhan personal, rancangan permukaan akan membantu membentuk keseluruhan rancangan arsitektur yang otentik, bahkan unik.
Sebagai contoh, National Museum of Australia, Canberra (2011) dirancang dengan fasade bertekstur huruf-huruf braille. Unik, namun tidak hanya unik sebab ia juga mengandung pesan.
Bangunan-Bangunan di era Modern, yang dirancang ketika dinding bersih mulus dan material pre-fab menjadi populer serta bangunan bergaya minimalis sangat laku dipasaran, apabila dijadikan satu-satunya preseden oleh mahasiswa arsitektur bisa jadi justru 'menumpulkan' kesadaran akan permukaan. Penggunaan material yang beragam menjadi sangat jarang. Dan umumnya material yang digunakan dalam beberapa proyek hanya yang itu-itu saja.
Sebaliknya bangunan-bangunan pra Modern, atau bangunan kuno, terlihat sangat 'dalam' pengolahan permukaannya. Langit-langit, lantai, dinding, dan permukaan eksterior dirancang satu per satu dan berbeda satu sama lain. Bahkan sebuah dinding bisa jadi dirancang dengan sangat rumit.
Tentu saja, dalam realita profesional, ada benda bernama 'anggaran' yang membatasi keragaman, keunikan, dan kerumitan rancangan sebuah permukaan. Namun, di era post-modern ini, arsitek perlu menyadari kembali pentingnya sebuah permukaan agar menghasilkan rancangan yang kaya dan otentik. Anggaran terbatas tidak menghalangi terwujudnya rancangan yang baik.
Alangkah lebih baik bila, mahasiswa belajar melatih diri dengan memberikan 'tugas tambahan' merancang permukaan pada diri sendiri. Di sekolah-sekolah Arsitektur di negara-negara Eropa, di mana pendidikan arsitekturnya masih bertumpu pada arsitektur eropa modern sebelum revolusi industri, mahasiswa diberi tugas khusus merancang permukaan baik dalam tema Renaissance, Gothic, Rococco, maupun dalam tema Modern. Demikian pula dengan merancang pintu, merancang jendela, merancang kolom, dan sebagainya. Bagi kita yang tidak sempat mendapat tugas semacam itu, ada baiknya menambah tugas tersebut untuk memperkaya diri sendiri.
Di sana lah, dalam perancangan permukaan, terbuka kesempatan memberikan sentuhan personal sebanyak-banyaknya.
Batuan, misalnya, akan dapat memberikan kesan dekat dengan alam, rustic, ataupun kesan berat. Kayu, bisa jadi memberikan kesan hangat dan ringan. Kayu yang gelap dan berlumut dapat memberikan kesan indah yang hanya dapat dibentuk oleh waktu. Sementara itu metal dapat memberikan kesan modern, industrious, ataupun kesan dingin. Kesan dari sebuah permukaan sangat erat kaitannya dengan pemilihan material.
Kesadaran akan pentingnya sebuah permukaan dalam rancangan arsitektur akan melahirkan rancangan yang lebih kaya. Apabila dikaitkan dengan konteks, konsep, dan sentuhan personal, rancangan permukaan akan membantu membentuk keseluruhan rancangan arsitektur yang otentik, bahkan unik.
Sebagai contoh, National Museum of Australia, Canberra (2011) dirancang dengan fasade bertekstur huruf-huruf braille. Unik, namun tidak hanya unik sebab ia juga mengandung pesan.
Bangunan-Bangunan di era Modern, yang dirancang ketika dinding bersih mulus dan material pre-fab menjadi populer serta bangunan bergaya minimalis sangat laku dipasaran, apabila dijadikan satu-satunya preseden oleh mahasiswa arsitektur bisa jadi justru 'menumpulkan' kesadaran akan permukaan. Penggunaan material yang beragam menjadi sangat jarang. Dan umumnya material yang digunakan dalam beberapa proyek hanya yang itu-itu saja.
Sebaliknya bangunan-bangunan pra Modern, atau bangunan kuno, terlihat sangat 'dalam' pengolahan permukaannya. Langit-langit, lantai, dinding, dan permukaan eksterior dirancang satu per satu dan berbeda satu sama lain. Bahkan sebuah dinding bisa jadi dirancang dengan sangat rumit.
Tentu saja, dalam realita profesional, ada benda bernama 'anggaran' yang membatasi keragaman, keunikan, dan kerumitan rancangan sebuah permukaan. Namun, di era post-modern ini, arsitek perlu menyadari kembali pentingnya sebuah permukaan agar menghasilkan rancangan yang kaya dan otentik. Anggaran terbatas tidak menghalangi terwujudnya rancangan yang baik.
Alangkah lebih baik bila, mahasiswa belajar melatih diri dengan memberikan 'tugas tambahan' merancang permukaan pada diri sendiri. Di sekolah-sekolah Arsitektur di negara-negara Eropa, di mana pendidikan arsitekturnya masih bertumpu pada arsitektur eropa modern sebelum revolusi industri, mahasiswa diberi tugas khusus merancang permukaan baik dalam tema Renaissance, Gothic, Rococco, maupun dalam tema Modern. Demikian pula dengan merancang pintu, merancang jendela, merancang kolom, dan sebagainya. Bagi kita yang tidak sempat mendapat tugas semacam itu, ada baiknya menambah tugas tersebut untuk memperkaya diri sendiri.
Di sana lah, dalam perancangan permukaan, terbuka kesempatan memberikan sentuhan personal sebanyak-banyaknya.
Subscribe to:
Posts (Atom)