3.4.10

SISTEM SIRKULASI TAPAK

NADIYA RAHMAH – 15207078

SIRKULASI

Sirkulasi adalah prasarana penghubung vital yang menghubungkan berbagai kegiatan dan penggunaan dalam sebuah tapak. Sirkulasi dapat juga digambarkan sebagai satu-satunya cara seseorang untuk bisa mengalami sepenuhnya tapak dalam tiga dimensi. Pengalaman berbeda-beda saat menelusuri sebuah tapak, dapat diciptakan melalui perubahan-perubahan dalam sistem sirkulasinya.

Sistem sirkulasi menggambarkan seluruh pola-pola pergerakan kendaraan, barang, dan pejalan kaki di dalam dan keluar-masuk tapak. Selain itu, sistem sirkulasi dalam tapak juga menghubungkan tapak tersebut dengan jaringan sistem sirkulasi di luar tapak.


JENIS-JENIS SISTEM SIRKULASI

SISTEM PEJALAN KAKI

Sistem pejalan kaki dicirikan oleh kelonggaran (looseness) dan fleksibilitas dari gerakan, berkecepatan rendah, menggunakan skala manusia, dan relatif kecil jalan-jalannya. Dibandingkan sistem sirkulasi lainnya, sistem sirkulasi pejalan kaki memberikan kebebasan paling banyak dalam perancangan. Hal ini disebabkan oleh kemampuan manusia untuk memanjat tanjakan-tanjakan yang curam, membelok di sudut-sudut yang tajam, dan berubah arah atau berhenti semaunya. Meskipun ada kebebasan semacam itu, tetap harus ada kendali yang cukup dalam perancangan sistem sirkulasi pejalan kaki. Terlalu sedikit kendali akan menyebabkan munculnya jalan-jalan pintas yang merusak penampilan tapak, sementara terlalu banyak kekakuan akan menyebabkan pejalan kaki merasa terhambat.

SISTEM SEPEDA

Sepeda memiliki kecepatan yang lebih cepat dari pejalan kaki, namun relatif lebih lambat dari kendaraan bermotor. Selain itu, karakter sepeda yang menggunakan tenaga kinetik manusia, memiliki jarak tempuh yang lebih terbatas dari kendaraan bermotor. Oleh karena itu, pada beberapa negara sistem sepeda ini dibedakan dengan sistem pejalan kaki maupun sistem kendaraan bermotor. Namun, khusus di Indonesia, sistem sepeda belum mendapat pengakuan untuk diperhatikan secara serius dalam perancangan sistem sirkulasi.

SISTEM KENDARAAN BERMOTOR

Sistem kendaraan bermotor adalah sistem yang paling rumit dibanding sistem sirkulasi lainnya. Selain itu, sistem kendaraan bermotor memerlukan infrastruktur penunjang yang tidak sedikit. Sistem ini dicirikan oleh variasi kecepatan dan ukuran kendaraan yang menentukan besar ruang yang akan dilalui dan ruang untuk penyimpanan (parkir). Karena ukuran yang signifikan, persyaratan teknis yang tidak sederhana, dan biaya yang tidak sedikit yang diperlukan untuk membangun sistem ini, maka seringkali perancangan sistem kendaraan bermotor menetukan susunan elemen tapak lainnya.

SISTEM SIRKULASI BARANG

Sistem sirkulasi barang umumnya disatukan atau menumpang pada sistem sirkulasi lainnya. Namun, pada perancangan tapak dengan fungsi tertentu sistem sirkulasi barang menjadi sangat penting untuk diperhatikan. Contoh sitem sirkulasi barang secara hovizontal dan vertikal adalah lift barang, conveyor belt, jalur troli, dan lain-lain.

JALAN

Jalan ialah prasarana perhubungan darat yang diperuntukkan bagi lalu lintas kendaraan, orang, dari hewan. (Penjelasan atas UU Republik Indonesia No. 13 tahun 1980 tentang Jalan)

Gambar 1. Bagian-Bagian Jalan

NAMA-NAMA BAGIAN JALAN

1. Daerah Milik Jalan (Right of Way)

Daerah Milik Jalan ("right of way") dibatasi dengan tanda batas Daerah Milik Jalan.
DAMIJA merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu yang dikuasai oleh Pembina Jalan. DAMIJA ini diperuntukkan bagi daerah manfaat jalan (DAMAJA) dan pelebaran jalan maupun penambahan jalur lalu-lintas dikemudian hari serta kebutuhan ruang untuk pengamanan jalan

2. Daerah Manfaat Jalan

Daerah Manfaat Jalan adalah suatu daerah yang dimanfaatkan untuk konstruksi jalan terdiri dari badan jalan, saluran tepi jalan, dan ambang pengamannya. Ruang tersebut diperuntukkan bagi median, perkerasan jalan, jalur pemisah, bahu jalan, saluran tepi jalan, trotoar, lereng, ambang pengaman, timbunan dan galian, gorong-gorong, perlengkapan jalan dan bangunan pelengkap lainnya.

3. Daerah Pengawasan Jalan

Daerah Pengawasan Jalan adalah sejalur tanah tertentu yang terletak di luar Daerah Milik Jalan, yang penggunaannya diawasi oleh pembina jalan, dengan maksud agar tidak mengganggu pandangan pengemudi dan konstruksi bangunan jalan, dalam hal tidak cukup luasnya Daerah Milik Jalan.

4. Bahu Jalan

Bahu jalan adalah bagian dari jalan yang terletak pada tepi kiri dan atau kanan jalan dan berfungsi sebagai: jalur lalu-lintas darurat, tempat berhenti sementara, ruang bebas samping, penyangga kestabilan badan jalan, dan jalur sepeda (bahu diperkeras).

5. Badan Jalan

Badan jalan meliputi jalur lalu lintas, dengan atau tanpa jalur pemisah dan bahu jalan.

6. Jalur Pedestrian

Jalur untuk pedestrian atau pejalan kaki dapat berupa trotoar, plaza, jembatan penyebrangan, ataupun jalan khusus seperti terowongan underpass.

7. Jalur Hijau

Pada jalan yang dirancang dengan baik, sesuai dengan peraturan pemerintah, akan selalu terdapat jalur untuk vegetasi peneduh. Jalur ini biasanya berfungsi juga sebagai pembatas ruang antara jalur pedestian dan jalur kendaraan bermotor.

HIERARKI JALAN

JARINGAN PRIMER

Sistem jaringan jalan primer disusun mengikuti ketentuan pengaturan tata ruang dan struktur pengembangan wilayah tingkat nasional, yang menghubungkan secara menerus kota jenjang kesatu, kota jenjang kedua, kota jenjang ketiga dan kota jenjang di bawahnya sampai ke persil di dalam satu kesatuan wilayah pengembangan dan yang menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota jenjang kesatu antar satuan wilayah pengembangan.

1. Jalan Arteri Primer, menghubungkan kota jenjang kesatu yang terletak berdampingan atau menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota jenjang kedua.

2. Jalan Kolektor Primer, menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang kedua, atau menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang ketiga.

3. Jalan Lokal Primer, menghubungkan kota jenjang kesatu dengan persil, atau menghubungkan kota jenjang kedua dengan persil, atau menghubungkan kota jenjang ketiga dengan kota jenjang ketiga, kota jenjang ketiga dengan kota jenjang dibawahnya, kota jenjang ketiga dengan persil, atau di bawah kota jenjang ketiga sampai persil.

JARINGAN SEKUNDER

1. Jalan Arteri Sekunder, menghubungkan kawasan primer dan kawasan sekunder kesatu, atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kesatu, atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua.

2. Jalan Kolektor Sekunder, menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder kedua atau menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga.

3. Jalan Lokal atau Lingkungan Sekunder, menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan perumahan, menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan perumahan, kawasan sekunder ketiga dan seterusnya sampai perumahan.

POLA-POLA JALAN

SISTEM LINIER

Sistem linier dicirikan dengan arak gerakan yang terus menerus pada satu arah atau lebih. Contoh penggunaan pola jalan dengan sistem linier adalah pada jalan-jalan utama menuju suatu kota. Jalan-jalan tersebut lurus, lintasan cepat, dan terdiri dari beberapa jalur searah atau berlawanan arah. Sistem ini bisa menjadi sangat sesak apabila kendaraan diperbolehkan mundur atau parkir sekenanya.

SISTEM GRID

Sistem grid dicirikan oleh pembagian umum daerah-daerah urban menjadi blok-blok kota. Pada sistem grid ini gerakan lebih dimungkinkan pada banyak arah yang berbeda-beda, namun menimbulkan permasalahan khusus pada persimpangan-persimpangan yang muncul sehingga perlu perhatian tambahan dalam perancangan.

SISTEM RADIAL

Sistem radial dicirikan dengan adanya titik pusat yang menjadi tujuan atau asal pergerakan di jalan-jalan sekitarnya. Biasanya pola ini bersifat resmi dan dominan. Contoh penggunaan pola ini adalah pola jalanan utama Kota Paris.

SISTEM KURVALINIER

Sistem kurvalinier merupakan gabungan dari pola garis lurus dan garis lengkung, yang memanfaatkan topografi dengan cara mengikuti bentuk lahan sedekat mungkin. Pada sistem kurvalinier jalan-jalan tembusnya lebih sedikit dibanding dengan sistem grid, cul-de-sac, atau jalan buntu yang mempunyai panjang maksimum 150 meter, sering digunakan.

SISTEM ORGANIK

Sistem sirkulasi berpla organik adalah sitem yang paling peka terhadap kondisi tapak dan terkadang mengorbankan fungsi yang logis dan kemudahan penafsiran oleh penggunanya. Penggunaan pola organik untuk sirkulasi kendaraan dalam suatu komplek dapat sangat membingungkan sebab jalan-jalan dapat berganti nama pada tiap tikungan dan banyak ditemukan jalan yang buntu (cul-de-sac).

PRINSIP PERANCANGAN SIRKULASI

KUALITAS

Suatu sistem sirkulasi akan ramai digunakan orang jika sistem tersebut terbukti aman, fungsional, efisien, dan menunjukkan arah tujuan dengan jelas. Oleh karena itu suatu sistem sirkulasi setidaknya harus memenuhi standar dan dirancang dengan banyak petimbangan yang matang. Hal-hal yang dipertimbangkan adalah: tempat asal dan tujuan yang dihubungkan, sistem-sistem di sekitarnya, topografi, iklim, waktu tempuh, kepadatan pengguna, infrastruktur pendukung, dan detail perancangan sistem sirkulasi tersebut.

ESTETIKA

Sebuah jalan dapat dibuat lebih menarik dan tidak monoton dengan pengaturan rute, pengaturan pencapaian bangunan, serta pengaturan pemandangan dan vista. Selain itu, sebagai bagian dari ruang eksterior, sistem sirkulasi juga seharusnya dirancang dengan prinsip-prinsip estetika. Misalnya warna, keseimbangan, bentuk, garis, tekstur, irama, bergabung untuk membentuk keindahan pada sistem sirkulasi yang dirancang.

KECEPATAN

Suatu sistem sirkulasi harus dirancang untuk beroperasi dengan kecepatan yang efisien, terutama pada jalan yang ramai dipergunakan. Faktor yang harus dipertimbangkan dalam hal ini adalah letak tikungan-tikungan, percabangan, kecuraman, tipe perkerasan yang dipakai, serta lokasi titik-titik pusat yang dilalui jalur tersebut.

Pengendalian Titik-Titik Pencapaian

Semakin banyak terdapat persimpangan dan semakin berdekatan letaknya satu sama lain akan mengkibatkan resiko kecelakaan semakin tinggi. Oleh karena itu harus diberikan detail yang menyebabkan kecepatan pengguna kendaraan bergerak lebih lambat dengan sendirinya. Detail-detail ini dapat berupa pengalih perhatian dalam bentuk fisik, ataupun simbol-simbol yang efektif.

DETAIL DALAM RANCANGAN SIRKULASI

BATAS-BATAS ANTAR RUANG

Antara sistem sirkulasi yang satu dengan sistem sirkulasi lainnya harus terdapat batas-batas yang jelas untuk menghindari kekacauan lalu lintas dan resiko kecelakaan. Misalnya, antar sistem sirkulasi pejalan kaki dan sistem sirkulasi kendaraan bermotor, diberi batas pemisah berupa perbedaan ketinggian permukaan, perbedaan material, dan pembatas fisik berupa jalur pepohonan.

PEMISAHAN WAKTU

Pemisahan waktu bisa terlihat pada daerah persimpangan jalan. Misalnya untuk pada satu jalur kendaraan diberhentikan untuk memberi kesempatan pada pejalan kaki. Sementara itu pada jalur lainnya kendaraan dapat melaju.

AKSESIBILITAS

Pada perancangan sistem sirkulasi, diperlukan penambahan detail untuk menentukan siapa yang dapat mengakses sistem sirkulasi tersebut. Misalnya, agar jalan-jalan dapat dilalui oleh orang usia lanjut dan lemah, serta orang-orang berkebutuhan khusus, atau orang-orang yang menggunakan kursi roda, diperlukan detail ramp, pemilihan material tertentu, jenis railing, dan lain sebagainya.

MENGARAHKAN GERAKAN

Suatu sistem sirkulasi dapat dirancang sebagai suatu rute langsung, atau rute tidak langsung. Masing-masing rute perlu penguatan dalam detail sehingga dapat ditafsirkan penggunanya dengan mudah. Salah satunya dengan mengarahkan pergerakan pada rute tersebut.

Pencapaian Bangunan

Ada tiga jenis pencapaian pada bangunan, yaitu:

1. Pencapaian Langsung.

2. Pencapaian Tidak Langsung.

3. Pencapaian Berputar.

Perkuatan Visual melalui Vista

Perkuatan visual melalui vista adalah salah satu cara untuk mengarahkan pergerakan. Misalnya kita melihat suatu bangunan yang sangat indah di ujung sebuah jalan, dan sangat tertarik untuk melihatnya lebih dekat. Meskipun jarak yang harus ditempuh untuk mencapai tempat tersebut cukup jauh, kita akan tetap terdorong untuk bergerak mendekati bangunan itu.

Pemandangan

Saat berjalan di sebuah jalan berliku di lereng bukit

PERALIHAN – PERALIHAN RUANG

Cara lain untuk menjadikan suatu lorong sirkulasi lebih menarik adalah dengan memberikan peralihan-peralihan ruang. Peralihan tersebut dapat berupa perbedaan material, ruang yang semakin melebar, ruang menyempit, cahaya semakin terang, perbedaan suasana, dan sebagainya.

PERKUATAN NEGATIF DALAM GERAKAN

Kebalikan dari kekuatan vista sebagai pendorong gerakan, ada hal-hal yang justru menghalangi jalan lintasan ke tempat-tempat atau rute-rute tertentu, namun tetap merupakan pengarah gerakan. Misalnya persimpangan T, cul-de-sac, dan tanda dilarang masuk.

PERKUATAN INDRAWI

Indra manusia yang menanggapi ruang tidak hanya mata saja, namun juga indra-indra lainnya. Hidung, telinga, peraba, semuanya berpengaruh dalam mengarahkan pergerakan seseorang. Seseorang akan cenderung berjalan ke atah toko roti, misalnya, dibanding ke jalur yang menuju pabrik besi. Seseorang akan berjalan ke arah suara musik merdu, dari pada ke arah bisingnya proyek pengeboran. Seseorang akan cenderung berjalan ke arah datangnya udara sejuk daripada medekati datangnya udara panas.

PENYIMPANAN (PARKIR)

Parkir adalah tempat pemberhentian kendaraan dalam jangka waktu yang lama atau sekedar transit, bergantung keadaan dan kebutuhannya (Wicaksono, 1989)

Luas dari tempat parkir tergantung dari beberapa variabel, yaitu:

1. Jumlah pemilikan kendaraan.

2. Jenis kegiatan dari pusat aktivitas yang akan dilayani.

3. Rentang usia dan latar belakang pengguna.

4. Lokasi tapak.

5. Sarana transportasi umum dari dan menuju tapak.

Parkir dapat dibedakan menurut cara penempatannya menjadi 2 golongan:

a. Parkir tepi (on street parking)

Parkir tepi ini menguntungkan bagi pengunjung yang menginginkan dekat dengan tempat yang dituju. Tapi idealnya parkir sistem ini harus dihindari, karena akan mengurangi lebar efektif jalan, yang seharusnya diperlukan untuk kendaraan bergerak

b. Parkir di luar jalan (off street parking)

Parkir di luar jalan adalah jenis parkir yang mengambil tempat pada suatu area diluar badan jalan. Parkir jenis ini umumnya mengambil tempat di pelataran parkir umum, tempat parkir khusus yang terbuka untuk umum dan tempat parkir khusus yang terbatas untuk keperluan sendiri. Seperti pada perkantoran, hotel, bank dsb.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam perancangan area parkir:

1. Jarak berjalan yang pantas.

2. Memungkinkan pengawasan visual.

3. Ruang yang memadai.

4. Perdapat vegetasi peneduh yang cukup.

5. Cukup penerangan di malam hari.

6. Jenis perkerasan yang sesuai dan ramah lingkungan.

7. Penggunaan lahan yang efisien.

8. Mudah ditafsirkan oleh pengguna.

9. Cukup nyaman untuk manuver tanpa terbentur.

10. Memenuhi standar.

Pola-Pola Area Parkir

1. Parkir Sejajar

Parkir sejajar adalah cara parkir yang laing sulit bagi ruang gerak pengemudi. Cara parkir ini juga menciptakan masalah keamanan karena parkir biasanya terjadi di sepanjang jalur jalan atau area parkir.

2. Parkir Menyudut

Efisisensi parkir menyudut tergantung pada besar sudutnya, semakin mendekati 900 maka parkir semakin efisien. Parkir menyudut memudahkan kendaraan masuk dan keluar kantung parkir bila disediakan lahan yang cukup luas untuk manuver kendaraan.

3. Parkir Tegak Lurus

Parkir tegak lurus adalah jenis penataan parkir yang paling efisien untuk menampung jumlah kendaraan paling banyak. Petak-petak tegak lurus lebih mudah direncanakan, dibangun, dan dirawat.

Parkir Kendaraan Umum

Khusus di Indonesia, terdapat peraturan untuk menyediakan tempat pemberhentian kendaraan umum di jalan-jalan pemerintah maupun di jalan-jalan perumahan tertentu. Ketentuannya dapat dijelaskan melalui gambar berikut:

Gambar 2. Dimensi Teluk Bis

DAFTAR PUSTAKA

Lynch, Kevin. 1971. Site Planning Second Edition. Massachusetts: MIT Press

Simonds, John Ormsbee. 1962. Landscape Architecture. New York: McGraw-Hill

Todd, W, Kim. Tapak, Ruang dan Struktur. Intermatra

Undang-undang No. 13 tahun 1980 tentang Jalan.

Undang-undang No. 14 tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Undang-undang No. 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman.

Peraturan Pemerintah No. 43 tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan.

Manual Kapasitas Jalan Indonesia, Direktorat Jenderal Bina Marga,1997.

http://vote-mydaily.blogspot.com/2009/10/tapak-lanskap-sistem-sirkulasi.html

No comments:

Post a Comment